Rabu, 11 Mei 2011

wanita penduduk Syurga


Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Syurga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Syurga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, diantaranya:

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.”

(QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.”

(QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”

(QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

” … seandainya salah seorang wanita penduduk Syurga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Syurga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.”

(HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Syurga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Syurga? Bagaimana dengan isteri-isteri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Syurga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Syurga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Syurga. Pada hakikatnya wanita ahli Syurga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki.

Diantara ciri-ciri wanita ahli Syurga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

” … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).

Ketika para gadis muslimah belajar dari kisah pernikahan cinderella


“Rapunzel....lay down your hair...” Ibu tiri Rapunzel memanggil sang putri raja cantik jelita yang dalam kisah film kartun Rapunzel, digambarkan sebagai toko film kartun yang digambarkan berwajah cantik jelita, memiliki tubuh dan wajah yang mempesona serta bergelar putri raja, begitu memukau penonton yang kebanyakan anak-anak perempuan berbagai umur, baik dewasa remaja maupun anak-anak.

Tokoh-tokoh film kartun yang digemari anak-anak perempuan dari dulu hingga sekarang selalu menggambarkan wanita cantik yang lemah gemulai, lembut dan rupawan, cerdas dan cantik, yang menemukan cinta sejati, satu-satunya pria gagah yang menolong sang putri dari kutukan ataupun nasib buruk lainnya dengan mencium lembut bibir sang putri yang digambarkan sebagian awalan dari cinta kasih yang suci dan sejati.

Padahal ciuman pertama yang diperoleh sang putri dari bibir pemuda yang baru dikenalnya jelas adalah bentuk perzinahan karena dilakukan dengan orang lain yang bukan muhrimnya. Namun di dalam kisah film anak-anak, hal tersebut digambarkan sebagai cinta sejati.

Kisah romantika percintaan kaum putri dengan pangeran yang paling terkenal adalah kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca dan akhirnya menemukan seorang pangeran yang tampan rupawan yang menikahinya dan akhir ceritanya ditutup dengan berdansa dan perkawinan yang bahagia selamanya. Kisah cinta tersebut kemudian dikembangkan dan ditutup dengan akhiran yang menggambarkan pernikahan yang diselenggarakan antara sang putri dengan penolongnya yang akhirnya kisah selesai dengan akhiran happily ever after, akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.

Gambaran tokoh film kartun Cinderella, Snow White, Rapunzel dan film-film kartun lainnya sungguh sangat meninabobokan kaum wanita yang telah diprogram sejak anak-anak remaja kita dan anak-anak gadis kita masih kecil. Hal yabg digambarkan adalah sebuah kisah percintaan yang sangat romantis dimana sang putri adalah pihak yang lemah yang menunggu datangnya seorang pangeran yang menyuguhkan cinta sejati, dan hidup bahagia selamanya.

Kaum wanita dari kecil dininabobokan kisah percintaan seperti itu, sehingga persiapan bagi para anak gadis kurang dipersiapkan dikalangan umat islam. Seharusnya kita mampu membuat film yang menyuguhkan kisah pernikahan dan walimahan seorang gadis yang digambarkan akan memperoleh lelaki yang baik bila dari kecil mereka taat pada Allah, mampu menjaga dirinya dan menjadi pribadi gadis yang solehah yang pada akhirnya hanya lelaki soleh saja yang mampu untuk menyuntingnya. Dan perjuangan sang gadis dalam memperoleh pangeran hatinya berupa lelaki yang soleh itu, digambarkan dengan ketekunannnya menjaga solat malam, menjaga dirinya dan menjaga serta memperbanyak amalan soleh.

Fenomena yang ada sekarang sangat banyak, anak gadis kita yang dilalaikan dengan kisah-kisah romansa percintaan yahudi, sehingga pada umumnya banyak anak gadis kita yang memuliakan sebuah resepsi pernikahan dengan romansa percintaan picisan yang dikemas dengan nama kisah Cinderela, Rapunzel maupun Snow White yang kemudian berkembang dengan kisah-kisah percintaan di sinetron, dan terakhir romansa percintaan film-film korea yang sangat digandrungi anak gadis jaman sekarang.

Wahai, dimanakah kisah sohabiyah yang mampu menggandeng dan membentuk kisah-kisah percintaan yang islami sehingga gadis-gadis kaum muslimah memiliki contoh bagaimana pernikahan yang akan dilaluinya nanti dilakukan secara islami, tidak hanya sekedar happily ever after (hidup bahagia selamanya), yang penuh khayal dan membuat sang gadis tidak siap dan sangat terkejut ketika menemukan kenyataan yang sesungguhnya dalam kehidupan berumah tangga.

http://www.eramuslim.com/akhwat/wanita-bicara/ketika-para-gadis-muslimah-belajar-dari-kisah-pernikahan-cinderella.htm

INGAT 5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA

1.Jagalah Mudamu sebelum datang masa tuamu
Allah sangat menyukai orang yang muda yang rajin beribadah tetapi bukan berarti orang tua beribadah tidak boleh,tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan dan ibadah serta bertobat. Allah mahapengampun dan maha mengetahui mana-man yang terbaik untuk Umat-Nya

2.Jagalah Waktu senggangmu sebelum datang masa sempitmu
Banyak Orang sekarang ini hampir tidak ada waktu hanya untuk melaksanakan shalat,padahal paling lama waktu untuk shalat cuma 10 menit,tetapi kalu sudah main games atau alasan pekerjaan jangankan 10 menit,berjam- jam pun manusia dapat melewatinya...Astaghfirullah.....
.
3.Jagalah Kayamu sebelum atang masa Miskinmu
Orang dikala kaya jarang sekali memikirkan kalu tiba- tiba jatuh miskin,kaya disin tidak hanya kaya akan materi tapi juga yang dimaksud kaya hati..Setiap orang pasti ingin selalu kaya..ingatlah..harta yang Engkau punya sekarang hanyalah Titipan...kapanpun Allah mau semua itu dapat di ambil-Nya dengan mudah...Belanjakan dan habiskan lah hartamu semua di jalan Allah...Insya Allah..Allah akan Ridho dan akan menambahkan Rezekimu.

4.Jagalah Sehatmu sebelum datang Masa Sakitmu
Dikala sehat semua orang dapat berbuat apa saja..ingat..kesehatan juga titipan Allah...Jagalah sehatmu dengan selalu beribadah dan bekerja di jalan Allah

5.Jagalah Hidupmu sebelum Kematian datang Menghampirimu.
Kematian itu pasti akan datang kepada setiap makhluk hidup..tidak usah takut akan kematian..yang perlu ditakuti adalah persiapan dan bekal jika kita mati...kuncinya adalah ibadah dengan Ridhodan Ikhlas dalam menjalankan apa-apa saja yang sudah menjadi kehendak dan takdir Allah baik takdir baik ataupun Buruk..Allah Maha Mengetahui Apa-apa Yang menjadi terbaik Untuk Umat-Nya .

Wahai wanita tidak bertudung


Wahai wanita tidak Bertudung...Wahai wanita tidak bertudung,Sungguh cantik alunan rambut mu,Bebas menggerbang kemas terikat,Terserlah di bawah cahaya mentari,Mentari dunia yang tak sehebat NERAKA,Iaitu api yang kan membakar rambut mu, di hari akhirat hari penentu,maka hanguslah segalanya, hilanglah cantik alun rambut mu, tiada lagi yang menggerbang,tiada lagi yang terserlah.Oleh itu jadikanlah diri mu, Sebahagian daripada wanita-wanita yang bertudung.

Wahai wanita yang bertudung,Sungguh cantik alas kepala mu,Ringkas pendek tersempang rapi,Tersembul jambul tertutup dahi,Terserlah lah bentuk tubuh,Mengapa tidak dilindungi?Rimaskah dengan tudung labuh ke dada?Panaskah dengan pakaian sedemikian rupa?Tidakkah kau ingat, Kepanasan api neraka itu lagi hebat membakar,Menjilat rentung kesemua mereka yang ingkar, Mereka itu wanita yang tak bertudung,Kau tidak ubah seperti mereka walau bertudung,Oleh itu jadikanlah dirimu, Sebahagian daripada mereka yang bertudung, Bertudung labuh hingga ke paras dada.

Wahai wanita bertudung labuh,Sungguh cantik terlindung rambut mu,Sungguh ayu tertutup bentuk tubuhmu,Yang terzahir jelas gaya kesopananmu,Mengaburi segala yang tersirat di hati,hanya diri sendiri yang menghakimi,mungkin suci ikhlas kerana Ilahi,atau berdebu dengan sebab duniawi,riak wajah nampak tawadhu’,riak jiwa rupanya menunjuk-nunjuk,alangkah ruginya andai benar begitu,kerna azab masih tak terlepas dari mu,serupalah sahaja diri mu ditunggu,diseksa tidak ubah seperti wanita tak bertudung,sama dengan mereka yang menyempang tudung,oleh itu jadikanlah dirimu, sebahagian daripada mereka yang bertudung, bertudung labuh hingga ke paras dada,tersemat jua bersamanya rasa taqwa..

Wahai wanita yang bertaqwa,Andai kau telah sampai ke tahap ini,Dengan akhlak mahmudah terpahat di hati,Syariat islam sebati dalam diri,Maka layaklah dikau mendapat ganjaranNya,Yang dijanjikan di akhirat nanti, Dan tatkala di dunia ini lagi,Muslimah solehah kau digelari,Menjadi idaman setiap muslim soleh, Yang sukar sekali untuk diperoleh..

Wahai muslimah solehah pula,Jadilah mukminah mujahidah,Mujahidah yang akan menyeru,Agar ditinggalkan dirinya yang dahulu,Mujahidah yang akan berdakwah,Agar diri dan umat berubah,Mujahidah yang akan mengajak, Agar islam kembali tertegak.

Renungkanlah..kita tergolong dlm golongan yg mana..wahai muslimah2 yg kusayangi..marilah kita bermuhasabah..

brought to you by : jom tutup aurat dan jaga akhlak (facebook)
http://www.tagged.com/jagaauratanda (tagged)

Menjemput CInta Allah


Memperoleh cinta Allah (mahabbatullah) adalah sebuah keharusan bagi setiap hamba beriman. Yang pertama karena cinta kepada Allah dan kepada yang lain –apapun nama dan bentuknya- sesungguhnya tidak akan pernah bisa bertemu, karena sifat keduanya yang bertolak belakang. Sedang yang kedua, cinta kepada selain Allah hakikatnya adalah palsu, sumber penderitaan dan awal kehinaan manusia. Sebab, prinsip dasar dalam agama Islam adalah cinta kepada Allah itu sendiri. Tapi, bagaimana cara menggapai cinta Allah itu?

Imam Ibnul Qayyim dalam ‘Madarij’nya menyebutkan ada 10 cara mendapatkan cinta Allah. Sebuah informasi yang sangat mahal dan penuh manfaat bagi mereka yang mendambakan cinta ini. Mari kita jalani petuah berharga dari pakar hati ini, agar bisa menjemput cinta Ilahi.

1. Membaca (qiraah) al-Qur’an. Bukan sekedar membaca dan melafazhkan huruf demi huruf tentunya. Tetapi membaca dengan merenungi (tadabbur) dan memahami (tafahhum) kandungan makna-makna dan apa yang dikehendakinya. Agar lafazh-lafazh yang keluar dari mulut kita, adalah lafazh-lafazh yang terfahami. Menjadi suluh dalam kegelapan, dan menjadi pembebas dari kebodohan.

2. Mendekat (taqarrub) kepada Allah. Caranya dengan melaksanakan hal-hal yang sunnah (an-nawaafil) setelah mengerjakan hal-hal yang wajib (fardhu). Ditunaikannya hal-hal yang sunnah akan mengantarkan hamba ke derajat dicintai. Kebersamaannya dengan Allah membuahkan ketengan dan kebahagiaan. Seluruh keinginan, hasrat, kehendak dan lintasan hatinya adalah karena Allah.
Bukhari meriwayatkan sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,

“Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku yang semisal (nilainya) dengan menjalankan hal-hal yang Aku fardhukan baginya. Dan hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan (mengerjakan) an nawaafil hingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar. Menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat. Menjadi tangannya yang dia gunakan untuk memegang. Dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia memohon kepada-Ku, Aku pasti akan memberinya. Dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu terhadap sesuatu yang Aku menjadi pelakunya, seperti keraguan-Ku saat mencabut nyawa seorang mukmin yang tidak menyukai kematian, sedang Aku tidak ingin berbuat buruk kepadanya, namun tetapi harus Aku lakukan.”

3. Senantiasa mengingat (dzikir) Allah. Hal ini harus kita lakukan di setiap kesempatan, baik dengan lisan, hati, amal perbuatan maupun keadaan diri. Bisa dikatakan di sini, bahwa bagian hamba dari cinta Allah, sesuai dengan kadar dzikirnya kepada-Nya. Berdzikir yang terus menerus akan membuat kita terjaga dan sadar akan setiap tindakan yang kita ambil. Membantu fikiran kita untuk fokus dan tidak bercabang-cabang. Adakah yang lebih baik keadaannya dari hamba yang seluruh kesadarannya membimbingnya menuju keridhaan dan cinta Allah?

4. Mendahulukan (itsar) hal-hal yang dicintai Allah. Di atas apapun, hal-hal yang dicintai Allah harus kita dahulukan daripada hal-hal yang kita cintai meski sulit dan berat. Utamanya saat kita dikuasai hawa nafsu. Karena kecintaan yang bersih kepada Allah, akan membuahkan kecintaan kepada hal-hal yang dicintai-Nya. Dalam salah satu doanya, Rasulullah memohon cinta Allah dan cinta kepada hal-hal yang bisa mengantarkan beliau kepada cinta Allah itu. Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dhaif dari Abu Darda’, bahwa Rasulullah bersabda, “ Termasuk doanya nabi Dawud adalah; Allahumma, sesungguhnya hamba memohon cinta-Mu, cinta siapapun yang mencintai-Mu, dan (cinta) kepada amal yang menyampaikan hamba kepada cinta-Mu. Allahumma, jadikanlah cinta-Mu lebih hamba cintai daripada (cinta) kepada diri sendiri, keluarga dan air yang dingin.”

5. Hati menelaah asma’ dan shifat Allah. Kemudian mempersaksikan dan mengenal-Nya. Ibnul Qayyim menambahkan, “Barangsiapa mengetahui asma’, shifat dan af’al Allah, niscaya mencintai Allah adalah sebuah keniscayaan baginya.” Bukankah tidak kenal, tidak akan saying? Maka jika hamba betul-betul mengenal Allah, pastilah dia akan mencintai-Nya.

6. Mempersaksikan kebaikan dan nikmat Allah. Sesungguhnya jika kita menghitung, akan kita temukan bahwa nikmat dan karunia Allah, baik yang lahir maupun yang batin, tidak terbatas. Dan jika menghitungnya, tentulah kita tidak akan mampu melakukannya. Sedang memperhatikan nikmat-nikmat Allah, akan membimbing hamba mencintai-Nya.

7. Kepasrahan hati secara total di hadapan Allah. Ini adalah hal paling menakjubkan dari cara-cara meraih cinta Allah. Bahkan menurut beliau, tidak ada ungkapan yang bisa mewakilinya. Tidak kata-kata, tidak juga berbagai ibarat. Sebab, cinta yang benar akan mengantarkan pecintanya kepada tauhid, peng-esaan kekasih, untuk kemudian memberikan hartanya yang paling bernilai, yaitu hati!

8. Menyendiri (khalwat) dengan Allah. Ini kita lakukan saat Dia turun ke langit dunia untuk bermunajat kepada-Nya, tilawah al-Qur’an yang merupakan kalam-Nya, menghadap kepada-Nya dengan segenap hati, memperhatikan adab-adab beribadah di hadapan-Nya, kepada menutupnya dengan istighfar dan taubat.

9. Bermajelis bersama hamba-hamba Allah yang mencintai-Nya dengan tulus. Bersama mereka, kita akan memetik sebaik-baik buah pembicaraan, sebab mereka tidak akan berbicara kecuali hal-hal yang memberi maslahat dunia akhirat. Dari sana, kita akan mengetahui bahwa di dalam majelis bersama mereka, ada tambahan berharga untuk diri kita, serta manfaat untuk manusia yang lain.

10.Menjauhi semua hal yang menghalangi hati dari Allah. Hal-hal itu bisa berupa kesyirikan yang menghalangi tauhid, berbagai bid’ah yang bertentangan dengan sunnah, aneka syahwat yang menolak perintah Allah, ghaflah yang melalaikan dzikir kepada-Nya, serta riya’ yang mengotori keikhlasan. Kita harus menyelamatkan hati dari semua penghalang ini, agar mendapatkan hati yang bersih (qalbun salim).

Merawat Cinta
Jika pohon cinta telah tertanam di dalam hati, berurat berakar, maka kita harus selalu menyiraminya dengan air keikhlasan dalam beribadah dan ittiba’ kepada Rasulullah.
Allah berfirman di dalam Ali Imran ayat 31,

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Satu hal yang harus kita ketahui, bahwa cinta adalah amalan hati. Sesuai dengan karakternya yang mudah berubah dan rapuh, sangat mungkin cinta kepada Allah juga mengalami naik turun (fluktuasi). Penjagaannya adalah dengan menguatkan pemahaman (quwwatul idraak) dengan tidak pernah berhenti mempertajam akal dengan ilmu yang benar dan bermanfaat. Sebab ilmu akan membimbing akal melakukan fungsinya dengan benar. Utamanya fungsi klasifikasi masalah.

Selain itu, kita juga harus selalu menajamkan keberanian hati (syaja’atul qalbi). Di samping berguna untuk menolak godaan nafsu yang memang dahsyat, hal ini juga akan membimbing hati kita melakukan fungsi itsar. Yaitu keberanian mendahulukan kecintaan kepada Allah di atas yang lain meski terasa sulit dan berat.

Dengan keduanya, kita kan memperoleh manfaat luar biasa dalam mengatasi fluktuasi cinta. Ibnu Taimiyah berkata, “Hamba yang hidup hatinya, berakal serta peduli akan nasibnya di akhirat, tidak akan mendahulukan kecintaan kepada hal-hal yang membahaya-kan, mencelakakan dan membuatnya menderita.”

Rejeki dari Allah
Sungguh, hamba yang mendapatkan cinta Allah, adalah dia yang telah mendapatkan rejeki luar biasa dalam hidupnya. Sangat pantas disyukuri dan tidak boleh disia-siakan. Maka, celakalah mereka yang tidak pernah berfikir untuk mendapatkan cinta Allah! (trias) sumber : ar-risalah.or.id

Tangga menuju cinta allah


Tangga menuju cinta allah

Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, bahwa kecintaan kita kepada Allah Swt harus diprioritaskan, harus diutamakan dibandingkan cinta kita kepada diri kita sendiri, bahkan harus diutamakan daripada cinta kita kepada makhluk.

Sudah menjadi fitrah manusia, bahwa kebutuhan dirinya harus lebih diutamakan daripada kebutuhan orang lain. Kemudian Allah meminta kita agar cinta kita kepada-Nya itu lebih hebat dibandingkan cinta kita kepada diri kita sendiri. Atau kita harus mengutamakan cinta kita kepada Allah daripada cinta kita kepada diri sendiri.

Melakukan upaya ini bukanlah hal yang mudah. Menurut Ibnu Qayyim, cinta seseorang kepada Allah itu akan terganjal karena 3 (tiga) hal:

1) Kalau seseorang memperturutkan hawa nafsunya.

2) Kalau seseorang memperturutkan hawa nafsu orang lain.

3) Kalau seseorang memperturutkan bisikan-bisikan syaithan.

Tiga hal ini menjadi penghalang bagi setiap orang untuk mengutamakan cintanya kepada Allah daripada cintanya kepada dirinya sendiri. Begitu beratnya upaya ini, karena tiga tantangan atau halangan itu berada pada diri kita serta berada pada sekitar kita.

Contoh: Sekarang ini cinta kita kepada Allah, tapi kita juga cinta kepada diri kita, kemudian juga cinta kepada isteri atau suami kita, kemudian juga cinta kepada anak kita. Sekarang Allah menginginkan agar cinta kita kepada-Nya lebih hebat dibandingkan cinta kita kepada diri kita, dan cinta kita kepada orang lain yang ada di sekitar kita.

Kalau isteri membujuk kita untuk melakukan sesuatu, yang sesuatu itu bertentangan dengan tuntunan Allah, maka itu akan berbahaya. Karena itu, harus kita tahu apakah permintaan-permintaan dari yang mencintai kita itu sesuai dengan tuntunan Allah ataukah bertentangan dengan tuntunan Allah. Yang banyak terjadi pada kita sekarang ini adalah terpenuhinya harapan dari orang-orang yang mencintai kita dan orang yang kita cintai, lalu atas permintaannya kita melakukan sesuatu perbuatan, padahal perbuatan yang kita lakukan itu bertentangan dengan tuntunan Allah. Kalau itu yang terjadi, maka kita tidak memprioritaskan cinta kita kepada Allah. Kita lebih memprioritaskan cinta kita kepada makhluk.

Karena itu, maka tiga tantangan ini harus diwaspadai, karena kedekatan tiga tantangan itu sangat dekat dari diri kita.

Pada tantangan pertama, seseorang harus mampu menekan hawa nafsu. Hawa adalah keinginan, sama halnya dengan syahwat. Jadi hawa nafsu artinya keinginan jiwa. Syahwat juga keinginan jiwa. Setiap orang punya hawa nafsu dan punya syahwat. Kalau seseorang sudah tidak memiliki hawa nafsu dan tidak memiliki syahwat, berarti orang itu sudah tidak punya jiwa. Kalau seseorang sudah tidak punya jiwa, berarti dia memiliki kelainan jiwa, atau memang dia sudah mati dalam pengertian mungkin mati berpisah roh dari badannya, atau mati dalam arti dia sudah tidak punya rasa dan keinginan.

Karena itu, setiap orang punya hawa nafsu dan setiap orang punya syahwat. Bahayanya kalau sesorang sudah tidak punya hawa nafsu dan tidak punya syahwat, maka dia sudah tidak punya gairah hidup lagi. Maka dia sudah tidak mempunyai keinginan untuk apa saja. Kalau orang seperti ini, maka tidak akan mungkin lagi melakukan kreasi, tidak akan mungkin lagi mengadakan pembaharuan, tidak akan mungkin lagi melakukan perbuatan-perbuatan lebih daripada yang diinginkannya. Dan itu berbahaya.

Kalau hawa nafsu dimiliki oleh setiap orang, kemudian syahwat itu dimiliki oleh setiap orang juga, maka hawa nafsu dan syahwat itu terbagi atas 2 (dua), yaitu: hawa nafsu yang mengarah kepada kebaikan, dan hawa nafsu yang mengarah kepada kejahatan. Jadi hawa nafsu itu tidak langsung kita vonis bahwa dia negatif. Contohnya: kalau Bapak dan Ibu seminggu yang lalu sudah berniat untuk mengikuti pengajian, maka yang memiliki kemauan itu adalah hawa nafsu. Seseorang yang ingin melakukan suatu pekerjaan apa saja, hal itu karena didorong oleh hawa nafsu. Orang mau berbuat baik karena hawa nafsu. Orang mau berbuat jahat karena hawa nafsu. Orang mau mengerjakan shalat karena hawa nafsu. Orang mau berpuasa karena hawa nafsu. Orang mau berzakat karena hawa nafsu. Karena hawa nafsu itu terdiri atas yang baik dan yang buruk, maka hawa nafsu terbagi atas dua.

Itulah sebabnya, hawa nafsu itu harus diarahkan kepada hal yang baik-baik. Syahwat itu harus diarahkan kepada hal-hal yang baik-baik. Kalau syahwat itu diarahkan kepada hal yang buruk, maka kita pasti akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Kalau hawa nafsu kita mendorong kita kepada yang baik, maka kita akan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

Dalam pembagian nafsu, ada nafsu muthmainnah, nafsu lawwamah, dan nafsu ammarah. Yang mau kita buat hati kita itu adalah al-muthmainnah.

Mengekang dan mengendalikan hawa nafsu bukanlah sesuatu yang gampang. Karena hawa nafsu berada di dalam diri kita. Dia tidak akan pernah berada di luar. Sepanjang kita hidup, hawa nafsu itu selalu ada. Dan kalau kita masih hidup, maka hawa nafsu itu akan tetap hidup terus. Hanya saja nanti, ada orang yang hawa nafsunya besar, tetapi tenaganya tidak ada. Keinginannya begitu luar biasa, tapi ia tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginan itu. Yang punya hawa nafsu seperti itu biasanya orang-orang yang sudah tua.

Jadi, hawa nafsu itu terdorong atau mendorong sesorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Itulah sebabnya, Nabi mengingatkan kita, “Ightanim khamsan qabla khamsin, syababaka qabla haramika,” gunakan dan manfaatkan tenaga anda ketika anda masih muda sebelum anda masuk pada usia lanjut. Pada usia muda, hawa nafsunya itu menggelora dan menggebu-gebu, dan ditopang oleh kemampuan fisik yang luar biasa. Tapi kalau seseorang memasuki usia lanjut, bergelora hawa nafsunya, tetapi kekuatannya sudah banyak yang berkurang.

Jadi, gunakanlah masa mudamu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Jangan menunggu masa tua. Tetapi biasanya masa muda kita lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetapi ketika usia sudah mulai lanjut, baru mulai sadar, yaitu mulailah berpikir ke masjid, mulailah berpikir menambah ilmu keislaman, mulailah berpikir untuk selalu menghadiri pengajian zikir, dan sebagainya.

Dan di hadits lain juga disebutkan: “Seseorang yang mendapatkan naungan dari Allah Swt di akhirat nanti pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan Allah adalah pemuda yang tumbuh dan berkembang dengan melakukan ibadah.” Ketika masih muda ibadahnya rajin, ketika akan memasuki senja ibadahnya juga rajin, dan ketika memasuki usia tua, ibadahnya tetap rajin. Jadi ibadahnya itu rajin mulai dari usia muda sampai dengan usia tua.

Hawa nafsu kita harus dikekang, harus ditekan, sehingga nafsu-nafsu yang mengarahkan kita kepada hal-hal yang negatif kita jauhi, dan kita bawa nafsu itu kepada hal-hal yang positif, yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang telah disebutkan, bahwa tidak mudah bagi setiap orang untuk melepaskan diri dari hawa nafsunya. Karena hawa nafsu setiap saat ada bersama kita selama hayat masih di kandung badan.

Di dalam hawa nafsu itu ada potensi baik dan juga ada potensi buruk. Dua hal ini selalu berperang. Bagaimana mengatasi ini? Jika kita meyakini bahwa pekerjaan itu baik, dan ada bisikan yang mengatakan jangan, maka kita langsung mengatakan, bahwa anjuran jangan itu adalah dari syaithan.

Kemudian bagaimana seseorang bisa menekan hawa nafsunya agar dia terlepas dari itu? Imam Ibnu Qayyim mengemukakan, bahwa ada 7 (tujuh) cara untuk hal tersebut:

Pertama, kita harus menyadari bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt bukan untuk menuruti hawa nafsu (dalam arti negatif), melainkan kita diciptakan oleh Allah Swt adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah untuk dilakukan.

Kedua, kita meyakini bahwa hawa nafsu negatif itu membawa dampak negatif. Dampak negatif itu akan menurunkan derajat kita sebagai manusia yang dimuliakan oleh Allah Swt. Kita menyadarkan diri kita, bahwa hawa nafsu yang negatif itu akan mengantarkan kita kepada dampak yang negatif, yang pada akhirnya akan menurunkan derajat kita yang mulia di mata Allah Swt. Menurut firman-Nya, Allah berkata: bahwa Kami sudah mengangkat derajat manusia itu ke tingkat yang paling baik. Tetapi jika mereka menuruti hawa nafsunya, maka Kami akan mengembalikan mereka ke tingkat yang lebih rendah, bahkan tingkat mereka itu menjadi lebih rendah dibandingkan hewan. Di dunia manusia itu lebih rendah dari tingkatan hewan. Di akhirat nanti manusia tersebut menjadi lebih rendah tingkatannya dibandingkan manusia-manusia yang ada. Orang yang melakukan hal-hal yang negatif di dunia ini memang akan diturunkan oleh Allah derajatnya. Yang tadinya hebat, ketika berbuat tidak baik, maka derajatnya akan menjadi turun. Tidak hanya di mata Allah Swt, tetapi juga pada pandangan manusia. Bahkan, kalau seseorang itu tingkat kemuliaannya belum terlalu tinggi, jika ia jatuh maka ia tidak akan menjadi terlalu berat. Tetapi jika orang yang sudah tinggi derajatnya, kalau ia jatuh, maka jatuhnya akan luar biasa.

Ketiga, kita harus sadar, bahwa hawa nafsu itu akan menghancurkan niat luhur seseorang. Maksudnya, bahwa seseorang yang mengikuti hawa nafsunya, akibatnya adalah segala cita-cita luhur orang tersebut akan menjadi hancur.

Keempat, akibat dari mengikuti hawa nafsu itu akan menimbulkan akibat-akibat yang fatal bagi seseorang. Jadi, menuruti hawa nafsu akan mengakibatkan lahirnya akibat-akibat yang fatal bagi seseorang. Mungkin dalam kondisi tertentu dia tidak merasakan akibat fatal itu. Tetapi pada saat tertentu dia merasakan bagaimana dampak dari mengikuti hawa nafsunya. Mungkin pada saat melakukannya dia tidak merasa sangat menyesal atas perbuatannya. Tetapi pada saat tertentu, orang tersebut akan menyesali begitu luar biasanya. Karena biasanya kalau seseorang sedang mengikuti hawa nafsunya, dan hawa nafsunya itu ada motor pendorongnya, dia tidak mengingat yang dilakukannya. Ketika dia sudah melakukan sesuatu yang tidak benar itu baru ia sadar, mengapa ia melakukan itu. Dan dia akan menyesalinya sungguh luar biasa ketika ia menyadari dirinya sudah melakukan perbuatan itu. Hal ini karena pada saat dia melakukan suatu perbuatan atas dorongan hawa nafsu, nafsu itu tidak berdiri sendiri, melainkan ada syaithan yang selalu memompa-mompa dia. Ketika perbuatan tersebut sudah ia lakukan, kemudian setannya pergi, barulah setelah itu timbul penyesalan dalam dirinya. Karena pendorongnya sudah hilang, tinggallah kita sendiri sebagai pelaku perbuatan tersebut.

Kelima, seseorang yang menuruti hawa nafsunya pada hakikatnya dia menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang menenangkan dirinya. .

Keenam, menuruti hawa nafsu adalah sebuah kekalahan. Karena itu harus kita sadari, bahwa kita harus berada pada pihak yang benar. Ketika kita menginginkan pada pihak yang benar, maka kita harus mendorong hawa nafsu kita berada pada posisi yang benar pula.

Ketujuh, seseorang yang menentang hawa nafsu itu mendapatkan banyak keuntungan. Tidak hanya keuntungan di dunia, tetapi juga keuntungan di akhirat.

Mudahkah kita melakukan yang tujuh itu? Sungguh sangat sulit. Tetapi kita harus berusaha untuk melakukan hal tersebut, walaupun usaha itu selalu berhadapan dengan hawa nafsu yang selalu diliputi oleh syaithan yang ada pada diri kita.

Upaya pertama, yang harus kita lakukan untuk mendapatkan cinta Allah adalah bahwa kita harus berupaya untuk lebih mencintai Allah dengan cara menekan hawa nafsu kita. Yaitu dengan cara mengendalikan hawa nafsu yang negatif ke arah hawa nafsu yang baik dan positif. Kita menyadarkan diri kita dengan tujuh cara di atas. Sehingga kita tidak lagi menuruti hawa nafsu-hawa nafsu jahat yang ada pada diri kita.

Upaya kedua, yaitu menentang dan menjaga agar kita tidak tergoda oleh hawa nafsu dari orang lain. Yang kita cintai di dunia ini begitu banyak. Seseorang boleh jadi sangat cinta kepada ibu dan ayahnya. Ketika dia berumah tangga, bertambahlah cintanya kepada suami atau istri. Dan kecintaannya kepada ayah dan ibunya juga tidak akan hilang, walaupun sudah bertambah cintanya kepada istri atau suami. Setelah memiliki anak, maka bertambahlah kecintaan itu kepada anak. Belum lagi kecintaan kepada benda-benda dunia, harta, jabatan, dan sebagainya. Yang kesemuanya itu diakui atau tidak akan semakin menjauhkan kecintaan kita kepada Allah Swt.

Jadi, karena dimensi cinta kita di dalam kehidupan ini lebih banyak dan lebih besar, maka tantangannya itu jauh lebih besar dibandingkan dengan menahan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita. Menahan hawa nafsu dari dalam diri kita hanya mengorbankan diri kita sendiri. Tetapi jika dimensi cinta kita sudah banyak, maka yang mana yang harus didahulukan, itulah yang paling berat. Apalagi kalau yang kita cintai dan yang mencintai kita itu adalah orang-orang yang tidak paham tentang cinta kepada Allah Swt. Karena itu tuntunan Islam dalam memilih orang yang akan menjadi pasangan kita itu adalah orang yang “beragama”. Karena persoalannya nanti akan menjadi besar setelah kita menjadi suami istri. Yang pasti persoalannya tidak sedikit.

Dalam kehidupan kita, tantangan dalam kehidupan tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan tantangan yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Kalau yang mencintai itu sudah banyak mendorong kita kepada hal-hal yang bertentangan dengan agama, kalau kita tidak memiliki keyakinan yang kuat dan kita tidak mempunyai kesadaran yang tujuh tersebut di atas, maka kita akan terjerumus kepada perbuatan-perbuatan yang negatif, karena kita tidak sanggup mengekang dan menahan hawa nafsu yang ada pada diri kita.

Ini tantangannya sungguh luar biasa. Karena semua manusia yang ada di hadapan kita itu boleh jadi suatu saat menjadi malaikat, boleh jadi suatu saat menjadi syaithan. Karena syaithan itu tidak mempunyai wujud, ia bisa berwujud dalam bentuk jin, dan juga bisa berwujud dalam bentuk manusia.

Upaya ketiga, kita harus menentang bisikan dan ajakan syaithan yang mendorong kita untuk berbuat kejahatan. Yang ketiga ini juga begitu sulitnya, karena syaithan itu tidak berwujud. Karena tidak berwujud, maka hampir kita tidak bisa membedakan yang mana yang bisikan syaithan dan yang mana yang bukan bisakan syaithan. Mana yang menjadi dorongan syaithan dan mana yang tidak. Kita tidak bisa membedakan mana perbuatan yang didorongnya itu baik dan mana yang tidak baik. Kalau seseorang tidak memiliki ilmu pengetahuan, sehingga ia sanggup membedakan mana perbuatan baik dan mana yang perbuatan buruk, maka boleh jadi yang baik itu dipandangnya buruk semua dan yang buruk itu dipandangnya baik semua. Karena itu di dalam agama kita selalu diminta untuk mencari ilmu kapan saja dan di mana saja. Jangan karena sudah tua kita tidak mau mencari ilmu, jangan karena kita selalu gampang lupa lalu kita tidak mau mencari ilmu. Karena itu, untuk mengetahui bahwa ini adalah ajakan syaithan atau bukan, yang pertama adalah bahwa syaithan itu selalu mengajak kita kepada hal-hal yang negatif. Tetapi persoalannya, sanggupkah kita membedakan apakah ini negatif atau tidak. Yang bisa membedakan yang negatif dan yang tidak adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang hal yang baik dan tentang hal yang buruk. Misalkan, seseorang baru tahu bahwa perbuatan yang pernah dilakukannya itu adalah perbuatan yang tidak baik adalah di saat ia menanyakannya kepada orang yang mempunyai pengetahuan tentang hal-hal baik dan tentang hal-hal yang buruk tersebut. Jadi, ciri khas syaithan ialah bahwa syaithan itu selalu mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Kesimpulannya, bahwa untuk mendapatkan cinta Allah kepada kita itu bukanlah hal yang mudah. Terutama ketika kita mendapatkan atau memberikan cinta kepada seseorang atau orang yang ada di dalam lingkungan kita, maka di situ terdapat kendala untuk mendahulukan cinta kita kepada Allah daripada cinta kita kepada diri kita dan cinta kita kepada makhluk-makhluk yang lain yang ada di luar diri kita. Karena sering kali fitrahnya manusia itu adalah mendahulukan dirinya sendiri daripada yang lain. Termasuk mendahulukan perintah Allah atas keinginan dirinya sendiri. Apalagi ia berada pada suasana lingkungan sosial di mana banyak orang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu dipandang tidak baik di dalam agama.

Agar cinta kita itu lebih besar kepada Allah, maka: yang pertama, kita harus sanggup untuk mengekang hawa nafsu kita. Yang kedua, kita harus sanggup menentang hawa nafsu dari orang-orang yang mencintai kita yang mendorong kita untuk berbuat yang tidak baik. Dan yang ketiga, kita harus mampu untuk menentang dorongan-dorongan dari syaithan yang selalu mendorong kita untuk berbuat buruk. Kalau kita sanggup menahan diri dari tiga godaan tersebut, maka cinta kita lebih utama kepada Allah daripada cinta kita kepada diri kita, dari cinta kita kepada makhluk yang ada di sekitar kita, dan dari godaan syaithan yang selalu mendorong kita. Mudah-mudahan bisa kita lakukan. []

ಮುಸ್ಲಿಮಃ SEJATI


Ciri-Ciri Wanita Solehah

Tahukah anda bagaimana ciri-ciri wanita solehah?

Iaitu ciri-ciri wanita yang diredhai ALLAH. Wanita yang menyejukkan hati mata yang memandang. Bisa menginsafkan dan menundukkan nafsu mereka yang berhati goyah.

(Cerita ini diubahsuai semula berdasarkan saranan dan hukum Al-Quran & Hadis)

Marilah kita bersama-sama perhatikan sekelumit kisah ringkas berikut…

Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya, “Ayah ceritakanlah padaku perihal muslimah yang sejati?”

Si ayah pun menolehkan mukanya seraya melontarkan senyuman manisnya ke arah anak kecilnya itu.

“Anakku…Seorang muslimah yang sejati bukanlah dilihat dari kecantikan dan keayuan paras wajahnya semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang teramat kecil sahaja. Tetapi, muslimah yang sejati dilihat dari kecantikan dan ketulusan hatinya yang tersembunyi. Itulah yang terbaik.”

Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada bentuk kalian. Allah hanya melihat kepada hati dan perbuatan kalian. (Hadis riwayat Muslim)

Si ayah terus menyambung.

“Muslimah sejati juga tidak dilihat dari bentuk tubuh badannya yang mempersonakan, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya yang mempersona itu. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sebanyak manakah kebaikan yang diberikannya, tetapi dari keikhlasan ketika ia memberikan segala kebaikan itu. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Muslimah sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara dan berhujjah kebenaran.”

Berdasarkan ayat 31, surah An-Nuur, Abdullah ibn Abbas, Ibn Omar, Atha, Ikramah dan lain-lainnya berpendapat: Seseorang wanita Islam hanya boleh mendedahkan wajah, dua tapak tangan dan cincinnya di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. (As-Syeikh Said Hawa di dalam kitabnya Al-Asas fit Tafsir)

“Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan (menghairahkan) orang yang ada perasaan dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik.” (Surah Al-Ahzab : 32)

Si ayah diam sejenak sambil melihat kepada wajah manis puteri kecilnya itu.

“Lantas apa lagi ayah?” Sahut puteri kecil terus ingin tahu.

“Ketahuilah wahai puteriku… Muslimah sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian grand tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya melalui apa yang dipakainya. Muslimah sejati bukan dilihat dari kekhuwatirannya digoda orang di tepi jalanan tetapi dilihat dari kekhuwatiran dirinyalah yang mengundang orang lain jadi tergoda. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa redha dan kehambaan kepada TUHAN-nya. Dan ia sentiasa bersyukur dengan segala kurniaan yang diberikan.”

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka (tidak berzina atau mendekati zina).” (Surah An-Nuur : 31)

“Dan ingatlah anakku…Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sifat mesranya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.”

“Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya” (Hadis Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi)

Setelah itu si anak kembali bertanya, “Siapakah yang memiliki kriteria seperti itu ayah? Bolehkah saya menjadi sepertinya? Mampukah dan layakkah saya ayah?”

Si ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka! Supaya kamu berjaya nanti. INSYA ALLAH kamu juga boleh menjadi muslimah yang sejati dan wanita yang solehah kelak. Malah, semua wanita boleh.”

Si anak pun segera mengambil buku tersebut lalu terlihatlah sebaris perkataan berbunyi ISTERI RASULALLAH

Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga
kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya.” (Riwayat Al-Bazzar)

HAH! Tengok tu, isteri Rasulullah beb… bukannya Siti Nurhaliza, bukannya Britney Spears, bukannya Ning Baizura, dan apatah lagi Jennifer ‘Kueh Lopez’…